Trending Now
#DMO Batubara dan Orang-orang Cacat Moral #Bupati Sidoarjo Ajak Cari Solusi HIV/AIDS #KPK, Usut Keterlibatan Parpol dan Korporasi #Lagi, Utang Sudah Lampu Merah! #Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) menggelar Knowledge Sharing Series (KSS) #Pertamina Support Bibit Mangrove di Pesisir Pangkal Pinang #Ironis, 51% Saham Freeport Indonesia oleh Inalum Bergantung Izin China #Indonesia Gandeng Finlandia Kembangkan Energi Bersih #Harga BBM Non Subsidi Disesuaikan
ENERGINDO
  • Beranda
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Editorial
  • Korporat
    • EBT
    • Gas
    • Listrik
    • Minerba
    • Minyak
  • Regulasi
  • Nasional
    • Olah Raga
    • Politik
  • Daerah
  • Berita Foto
  • Profil
  • 371 Views
  • Adi Wicaksono
  • Januari 22, 2019
  • Minerba

 

Pada hari Senin (21/1) bertempat di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Indonesian Mining Association (IMA) melaunching buku salah satu tokoh pertambangan nasional yaitu, Beni Wahyu. Buku ini merupakan wujud apresiasi Asosiasi Pertambangan Indonesia/ Indonesian Mining Association (IMA) terhadap Almarhum Beni Wahju, atas perjuangan dan dedikasinya dalam memperjuangkan pertambangan nasional. Mulai dari masa kuliah Beni di Jurusan Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB), berkiprah di Direktorat Geologi (sebelumnya bernama Djawatan Geologi), sebagai pionir keberadaan PT INCO (sekarang PT Vale Indonesia Tbk).

Mengawali karir sebagai geologist di Direktorat Geologi, Beni Wahyu sempat menelusuri sejumlah wilayah untuk mencari cadangan bahan tambang. Beni juga sempat menambah ilmunya dengan belajar geologi di Colorado School of Mines di Amerika Serikat. Tak hanya itu, Beni sempat belajar juga di USGS (United States Geological Survey) dan sejumlah short course untuk mengasah keahliannya.

Dedikasinya terhadap profesinya sebagai geologist, membuat geologiwan Kanada, Charlie Michener, yang bergabung dengan INCO pada 1935, yang pernah melakukan penjelajahan berkeliling dunia mencari nikel menjuluki Beni sebagai geologist spesialis nikel.

Bersama Hitler Singawinata dan Rumengan Musu, Beni merupakan pionir keberadaan tambang nikel Sorowako yang dikelola oleh PT INCO. Di sini jalan hidup ini berubah. Beni tak lagi menjadi pegawai di Direktorat Geologi, tetapi bergabung dengan INCO. Di perusahaan Kanada tersebut, selain terus menjalani kegiatan eksplorasi, Beni dapat menyumbangkan pemikirannya untuk masyarakat sekitar dan negara. Salah satunya adalah pemikirannya agar PT INCO membangun smelter di sekitar wilayah tambang. Smelter PT INCO menjadi smelter pertama yang dibangun perusahaan tambang asing.

Selaim mengurusi hal-hal teknis terkait pekerjaannya sebagai geologist, Beni ternyata mampu memberikan pemikiran agar PT INCO dapat memperhatikan masyarakat sekitarnya dengan lebih intens. Sehingga PT INCO mampu menjadi prime mover daerah sekitarnya.

Setelah pensiun dari PT INCO, Beni aktif di IMA sejak 1999-2012 menjelang akhir hidupnya. Pada 1998, Beni sempat menjadi Ketua IMA hingga 2005. Selanjutnya, hingga 2012, Beni menjadi Badan Pengawas di IMA.

Ketika industri pertambangan “terancam” oleh persoalan judicial review yang diajukan sejumlah LSM ke Mahkamah Konstitusi menyangkut keberadaan UU nomor 19 tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU nomor 41 tahun 1999, Beni menjadi salah satu tokoh yang berdiri di depan memperjuangkan “nasib” industri pertambangan. Berkat kegigihan Beni, Soetaryo Sigit, dan lainnya, sektor pertambangan dapat kembali tegak meneruskan operasinya.

“Beni pun sosok yang peduli pada pengadaan smelter di Indonesia. Karena itulah Inco (yang sekarang Vale) telah mempunyai smelter sejak tahun 1980an. Sehingga Vale tidak dituntut oleh Pemerintah yang sedang berkuasa untuk membangun smelter,” kata Nico Kanter, CEO Vale Indonesia, dalam kata sambutan.

Beni juga dikenal sebagai orang yang mempunyai visi mempromosikan good mining practices. Beni sangat peduli dengan pengelolaan dampak lingkungan, agar lahan yang sudah ditambang dapat dihijaukan kembali atau berkesinambungan. Secara sadar Beni menerapkan prinsip-prinsip kesinambungan ekosistem alam dan budaya, bahkan keberlangsungan hidup satwa-satwa langka di sekitar area tambang. Juga pengelolaan dampak sosial, Beni sangat dekat peduli dengan pendidikan dan dekat dengan masyarakat sekitar. Beni juga sangat berkontribusi terhadap berdirinya smelter di Sorowako. Komitmen terhadap good mining practices ini tetap menjadi bagian penting dari PT Vale Indonesia hingga sekarang.

Keluwesannya dalam bergaul, nampak dari komentar tokoh dalam buku ini dalam mengenang “kepergian” Beni. Tak kurang Prof Dr Emil Salim dan Prof Dr Kuntoro Mangkusubroto menyumbangkan tulisannya tentang kesannya terhadap Beni Wahyu. Belum lagi sejumlah pimpinan perusanaan tambang lainnya. Hal ini menunjukkan bagaimana pribadi Beni di mata mereka.

Dalam kiprahnya, Beni mampu menunjukkan bahwa dia tak hanya seorang geologist tetapi juga sekaligus seorang environment. Sehingga tak aneh jika namanya diabadikan menjadi nama salah satu spesies ikan yang hidup di Sulawesi. Beni adalah salah satu tokoh pertambangan di Indonesia yang namanya akan selalu dikenang.

Previous Posts Chandra, Arungi Bisnis Cincin Berlian, Perusahaan Pialang, Konsultan Hukum Hingga Karaokean
Next Posts Fokus Diversifikasi Portofolio, Elnusa Optimis Kinerja 2019

Leave your Comments

Popular
Dicari, 40 Calon Mahasiswa Untuk Dapat Beasiswa dari APERTI BUMN 9039
Dicari, 40 Calon Mahasiswa Untuk Dapat Beasiswa dari APERTI BUMN
Suko dan Achandra Datang, Laba PGN Terjun Bebas 87 Persen 8770
Suko dan Achandra Datang, Laba PGN Terjun Bebas 87 Persen
Connect With Us

A powerless in world above the law

Likes Follow
Kategori
  • Berita Foto6
  • Business40
  • Daerah52
  • EBT26
  • Editorial3
  • Gas14
  • Korporat197
  • Lifestyle4
  • Listrik17
  • Mimbar5
  • Minerba20
  • Minyak72
  • Nasional29
  • Olah Raga3
  • Politik4
  • Profil7
  • Regulasi8
  • Travel2
  • Uncategorized101
VIDEO POSTS
Newsletter