Trending Now
#DMO Batubara dan Orang-orang Cacat Moral #Bupati Sidoarjo Ajak Cari Solusi HIV/AIDS #KPK, Usut Keterlibatan Parpol dan Korporasi #Lagi, Utang Sudah Lampu Merah! #Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) menggelar Knowledge Sharing Series (KSS) #Pertamina Support Bibit Mangrove di Pesisir Pangkal Pinang #Ironis, 51% Saham Freeport Indonesia oleh Inalum Bergantung Izin China #Indonesia Gandeng Finlandia Kembangkan Energi Bersih #Harga BBM Non Subsidi Disesuaikan
ENERGINDO
  • Beranda
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Editorial
  • Korporat
    • EBT
    • Gas
    • Listrik
    • Minerba
    • Minyak
  • Regulasi
  • Nasional
    • Olah Raga
    • Politik
  • Daerah
  • Berita Foto
  • Profil
  • 193 Views
  • Adi Wicaksono
  • November 20, 2019
  • EBT

Laporan Brown to Green 2019 – Profil Indonesia diluncurkan di Jakarta, 19 November 2019.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI menjelaskan bahwa Indonesia berkomitmen untuk melakukan ekonomi hijau karena kami tidak ingin membuat kebijakan yang dapat mencederai anak cucu kami. “Harus komprehensif dalam membuat kebijakan, tidak bisa terkotak-kotak berdasarkan isu. Salah satu strategi dalam mengembangkan investasi di Indonesia adalah adanya empat persyaratan yang harus dipenuhi oleh investor asing yaitu first-class technology, technology transfer, add-value, and business-to-business cooperation.” Luhut menegaskan bahwa pemerintah tidak akan membebankan lingkungan untuk ekonomi.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, Prof. Emil Salim, mengingatkan bahwa Indonesia harus segera berubah karena Indonesia tidak bisa terus menggunakan energi tidak terbarukan karena batubara dan minyak bumi adalah energi yang kotor. “Kita perlu memikirkan generasi Indonesia di tahun 2045 yang dapat menikmati Indonesia yang bersih dan tidak kotor. Perencanaan kebijakan saat ini harus memandang jauh ke depan karena keadaan di masa depan akan sangat berbeda dari situasi saat ini. Sudah tidak ada lagi tempat untuk energi kotor di masa depan. Perekonomian harus selaras dengan energi terbarukan yang akan berkembang di masa depan.” dilanjutkan oleh Prof. Emil Salim.

“Sebagai ukuran NDC yang lebih ambisius, Indonesia harus mulai beralih dari energi fosil di sektor energi dan transportasi! Pada sektor ketenagalistrikan kita harus mulai mengurangi pembangkit tenaga listrik batubara dan menambah bauran energi dari energi terbarukan hingga tiga kali lipat pada tahun 2030, selain itu memperkuat pelaksanaan efisiensi energi dengan cara meningkatkan standar performa minimum yang akan mengurangi permintaan listrik di masa depan, Sedangkan  di sektor transportasi kita membutuhkan percepatan elektrifikasi untuk kendaraan dan meningkatkan standar ekonomi bahan bakar yang lebih efektif sebelum 2025,”ujar Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif IESR

Previous Posts FKPPA Jelaskan Beberapa Prinsip "Bekerja" di Pertamina
Next Posts Schneider Rangkul Pasar Properti
Popular
Dicari, 40 Calon Mahasiswa Untuk Dapat Beasiswa dari APERTI BUMN 9178
Dicari, 40 Calon Mahasiswa Untuk Dapat Beasiswa dari APERTI BUMN
Suko dan Achandra Datang, Laba PGN Terjun Bebas 87 Persen 8808
Suko dan Achandra Datang, Laba PGN Terjun Bebas 87 Persen
Connect With Us

A powerless in world above the law

Likes Follow
Kategori
  • Berita Foto6
  • Business43
  • Daerah55
  • EBT26
  • Editorial3
  • Gas16
  • Korporat210
  • Lifestyle4
  • Listrik17
  • Mimbar5
  • Minerba20
  • Minyak78
  • Nasional36
  • Olah Raga3
  • Politik4
  • Profil7
  • Regulasi8
  • Travel2
  • Uncategorized102
VIDEO POSTS
Newsletter