Trending Now
#ArcGIS, Solusi Menjawab Tantangan Baru dan Meningkatkan Sucess Ratio Hulu Migas #DMO Batubara dan Orang-orang Cacat Moral #Bupati Sidoarjo Ajak Cari Solusi HIV/AIDS #KPK, Usut Keterlibatan Parpol dan Korporasi #Lagi, Utang Sudah Lampu Merah! #Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) menggelar Knowledge Sharing Series (KSS) #Pertamina Support Bibit Mangrove di Pesisir Pangkal Pinang #Ironis, 51% Saham Freeport Indonesia oleh Inalum Bergantung Izin China #Indonesia Gandeng Finlandia Kembangkan Energi Bersih #Harga BBM Non Subsidi Disesuaikan
ENERGINDO
  • Beranda
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Editorial
  • Korporat
    • EBT
    • Gas
    • Listrik
    • Minerba
    • Minyak
  • Regulasi
  • Nasional
    • Olah Raga
    • Politik
  • Daerah
  • Berita Foto
  • Profil
  • 188 Views
  • Adi Wicaksono
  • Oktober 24, 2019
  • Uncategorized

Jakarta, energindo–Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menerapkan empat strategi jangka panjang untuk mengejar produksi satu juta barel per hari/barrel oil per day (bopd) di tahun 2030. Angka tersebut melebihi angka yang dicanangkan dalan Rencana Umum Energi Nasional tahun 2017 sebesar lebih dari 200 ribu bopd.

Keempat strategi tersebut mengedepankan strategi eksplorasi yang masif dan intensif. Strategi kedua mendorong dan mengkampanyekan penerapan enhanced oil recovery (EOR) di lapangan mature.  Selain eksplorasi dan EOR, strategi lainnya dengan mengakselerasi monetisasi proyek-proyek utama, sehingga mempercepat potensi sumberdaya menjadi lifting. Strategi terakhir dalam menahan penurunan produksi alami serta mendorong peningkatan produksi adalah dengan menjaga keandalan fasilitas produksi, maksimalisasi kegiatan kerja ulang dan perawatan sumur, reaktivasi sumur tidak berproduksi (idle), dan inovasi teknologi.

Realisasi lifting minyak dan gas bumi (migas) hingga September 2019 mencapai 89 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 2 juta barel setara minyak per hari/barrel oil equivalent per day (boepd). Total lifting migas sebesar 1,8 juta boepd dengan rincian lifting minyak 745 ribu bopd dan lifting gas 1,05 juta boepd. Sebesar 84 persen total lifting hulu migas merupakan kontribusi dari sepuluh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) utama dan16 persen didukung 80 KKKS lainnya.

Lifting yang belum mencapai target juga berdampak pada realisasi penerimaan negara yang hingga September 2019 mencapai US$ 10,99 miliar. “Hal ini (penerimaan negara) juga dipengaruhi ICP (Indonesia Crude Price) yang sebesar 60an dolar per barel. Ini cukup jauh di bawah target asumsi makro APBN yaitu US$ 70,” ungkap Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto pada konferensi pers capaian kinerja hulu migas kuartal tiga di kantor SKK Migas, Kamis (23/10/2019).

Sementara itu, investasi hulu migas hingga bulan September 2019 sebesar US$ 8,4 miliar meningkat 11 persen dibandingkan investasi di kuartal tiga tahun 2018 sebesar US$ 7,6 miliar. Investasi hulu migas ke depan akan terus meningkat mengingat hingga tahun 2027 terdapat 42 proyek utama dengan total investasi US$ 43,3 miliar dan proyeksi pendapatan kotor (gross revenue) sebesar US$ 20 miliar. Total produksi dari 42 proyek tersebut 1,1 juta boepd yang mencakup produksi minyak sebesar 92,1 ribu bopd dan gas sebesar 6,1 miliar kaki kubik per hari. Empat di antaranya merupakan proyek strategis nasional (PSN) hulu migas yang menjadi prioritas untuk meningkatkan produksi migas demi memenuhi konsumsi migas domestik yang semakin meningkat.

Peningkatan kapasitas nasional yang dilakukan hulu migas bukan hanya dengan mendukung kebutuhan energi, tetapi juga dengan melakukan efisiensi biaya dan efek berganda (multiplier effect) yang mendukung perekonomian daerah dan nasional. Tingkat komponen dalam negeri (TKDN di industri hulu migas hingga awal Oktober 2019 telah mencapai angka 55 persen dari target 50 persen di tahun 2019.

“SKK Migas terus mengedepankan efisiensi di industri hulu migas, baik dengan kolaborasi kerja sama strategis dengan Pertamina dan Garuda Indonesia, maupun dengan pecepatan proses tender,” ucap Dwi. Nilai efisiensi dari nota kesepahaman tentang penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dengan PT. Pertamina (Persero) mencapai Rp 294 miliar, sedangkan dengan PT. Garuda Indonesia mencapai Rp 33 miliar.

Previous Posts Pertamina Siap Serap Minyak Mentah Domestik 116.9 MBCD dari 37 KKKS
Next Posts Sejumlah Mahasiswa di Sulut Deklarasi Bergabung dengan DEM

Leave your Comments

Popular
ArcGIS, Solusi Menjawab Tantangan Baru dan Meningkatkan Sucess Ratio Hulu Migas 549
ArcGIS, Solusi Menjawab Tantangan Baru dan Meningkatkan Sucess Ratio Hulu Migas
Dicari, 40 Calon Mahasiswa Untuk Dapat Beasiswa dari APERTI BUMN 9448
Dicari, 40 Calon Mahasiswa Untuk Dapat Beasiswa dari APERTI BUMN
Suko dan Achandra Datang, Laba PGN Terjun Bebas 87 Persen 8865
Suko dan Achandra Datang, Laba PGN Terjun Bebas 87 Persen
Connect With Us

A powerless in world above the law

Likes Follow
Kategori
  • Berita Foto6
  • Business45
  • Daerah55
  • EBT29
  • Editorial3
  • Gas20
  • Korporat225
  • Lifestyle5
  • Listrik18
  • Mimbar5
  • Minerba23
  • Minyak80
  • Nasional36
  • Olah Raga3
  • Politik4
  • Profil7
  • Regulasi8
  • Travel2
  • Uncategorized107
VIDEO POSTS
Newsletter