Trending Now
#DMO Batubara dan Orang-orang Cacat Moral #Bupati Sidoarjo Ajak Cari Solusi HIV/AIDS #KPK, Usut Keterlibatan Parpol dan Korporasi #Lagi, Utang Sudah Lampu Merah! #Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) menggelar Knowledge Sharing Series (KSS) #Pertamina Support Bibit Mangrove di Pesisir Pangkal Pinang #Ironis, 51% Saham Freeport Indonesia oleh Inalum Bergantung Izin China #Indonesia Gandeng Finlandia Kembangkan Energi Bersih #Harga BBM Non Subsidi Disesuaikan
ENERGINDO
  • Beranda
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Editorial
  • Korporat
    • EBT
    • Gas
    • Listrik
    • Minerba
    • Minyak
  • Regulasi
  • Nasional
    • Olah Raga
    • Politik
  • Daerah
  • Berita Foto
  • Profil
  • 75 Views
  • Adi Wicaksono
  • Oktober 24, 2020
  • Minyak

karta, energindo – Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, mengatakan, akibat Covid-19 dan harga minyak rendah, perusahan-perusahaan migas nasional, internasional maupun multinasional telah menunda belanja modal yang berakibat pada kemampuan supply di masa depan.

“Tapi dengan koordinasi yang erat dan kerja keras SKK Migas dan KKKS, dampak dari kondisi itu bisa diminimalkan sehingga kita dapat mencapai target revisi yang ditetapkan,” kata Dwi dalam jumpa pers Kinerja Hulu Migas yang digelar secara daring, Jum’at (23/10).

“Buktinya, kata dia, ada antusias pencapaian target di sektor hulu minyak dan gas bumi nasional selama Kuartal III-2020, “ imbuh Dwi.

Hingga September 2020, paparnya, SKK Migas mencatat lifting migas sebesar 1.689 ribu barel minyak ekivalen per hari (BOEPD). Dengan rincian, lifting minyak sebesar 706,2 ribu barel minyak per hari (BOPD) atau 100,2 persen dari target Anggaran Pendapatan Negara Perubahan (APBN-P) sebesar 705 ribu BOPD. Dan lifting (salur) gas sebesar 5.502 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 99,3 persen dari target APBN-P sebesar 5.556 MMSCFD.

Begitu pula dengan realisasi harga minyak mentah Indonesia (ICP), yang mencapai US$ 42 per barel. Angka ini lebih tinggi dari yang digunakan pada saat penetapan APBN-P sebesar US$ 38 per barel. Realisasi yang lebih tinggi ini menghasilkan penerimaan negara sebesar US$ 6,99 miliar atau 119 persen, melebihi target APBN-P sebesar US$ 5,86 miliar.

“Munculnya Covid-19 gelombang kedua diperkirakan akan menyebabkan ICP rata-rata per tahun sebesar US$ 40 per barel, sehingga outlook penerimaan negara dari sektor hulu migas di akhir 2020 akan mencapai US$ 7,21 miliar,” ungkap Dwi.

Dia menambahkan, pencapaian tersebut membutuhkan kerja keras SKK Migas-KKKS dan Pertamina untuk memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Negara. Semua pihak bekerja sama degan stakeholder untuk merealisasi investasi sehingga kegiatan investasi dapat direalisasi di lapangan, serta memaksimalkan lifting.

Sementara realisasi investasi hulu migas sampai September 2020 mencapai US$ 6,9 miliar. Realisasi investasi terbesar dilakukan oleh Pertamina E&P, Chveron Pacific Indonesia, Pertamina Hulu Mahakam, BP Berau dan Eni East Sepinggan.

“Saat kondisi sulit seperti ini, tentunya Negara membutuhkan adanya perputaran ekonomi, kami yakin investasi hulu migas akan menciptakan multiplier effect bagi ekonomi Indonesia sehingga dapat memulihkan perekonomian,” jelas Dwi.

Previous Posts PDC Sabet 4 Penghargaan Nusantara CSR Awards 2020
Next Posts Catatan Perjalanan 75 Tahun Hari Listrik Nasional

Leave your Comments

Popular
Dicari, 40 Calon Mahasiswa Untuk Dapat Beasiswa dari APERTI BUMN 9162
Dicari, 40 Calon Mahasiswa Untuk Dapat Beasiswa dari APERTI BUMN
Suko dan Achandra Datang, Laba PGN Terjun Bebas 87 Persen 8801
Suko dan Achandra Datang, Laba PGN Terjun Bebas 87 Persen
Connect With Us

A powerless in world above the law

Likes Follow
Kategori
  • Berita Foto6
  • Business43
  • Daerah55
  • EBT26
  • Editorial3
  • Gas15
  • Korporat209
  • Lifestyle4
  • Listrik17
  • Mimbar5
  • Minerba20
  • Minyak78
  • Nasional36
  • Olah Raga3
  • Politik4
  • Profil7
  • Regulasi8
  • Travel2
  • Uncategorized101
VIDEO POSTS
Newsletter