Trending Now
#DMO Batubara dan Orang-orang Cacat Moral #Bupati Sidoarjo Ajak Cari Solusi HIV/AIDS #KPK, Usut Keterlibatan Parpol dan Korporasi #Lagi, Utang Sudah Lampu Merah! #Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) menggelar Knowledge Sharing Series (KSS) #Pertamina Support Bibit Mangrove di Pesisir Pangkal Pinang #Ironis, 51% Saham Freeport Indonesia oleh Inalum Bergantung Izin China #Indonesia Gandeng Finlandia Kembangkan Energi Bersih #Harga BBM Non Subsidi Disesuaikan
ENERGINDO
  • Beranda
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • Editorial
  • Korporat
    • EBT
    • Gas
    • Listrik
    • Minerba
    • Minyak
  • Regulasi
  • Nasional
    • Olah Raga
    • Politik
  • Daerah
  • Berita Foto
  • Profil
  • 395 Views
  • Adi Wicaksono
  • Juni 22, 2019
  • Daerah

Jakarta, energindo– Kegiatan Halal bi halal telah menjadi tradisi yang melekat khususnya bagi muslim di Indonesia. Darimulai keluarga besar, majelis taklim, sekolah hingga kantor swasta atau pemerintah melakukan kegiatan ini pasca Hari Raya Iedul Fitri.

Kegiatan ini selain bermakna saling silaturahmi namun juga menghadirkan tradisi saling bermaaaf-maafan antar sesama muslim, bahkan sekarang ini kerap diikuti oleh non muslim diberbagai lingkungan. Intinya kegiatan ini telah membawa dampak yang sangat positif bagi hubungan beragama dan bernegara di Indonesia.

Namun bagaimana sebenarnya sejarah terciptanya kegiatan halal bi halal di Indonesia? Apakah benar dilatar belakangi oleh rekonsiliasi politik di Indonesia?

Akhmad Sahal, Direktur Eksekutif Yayasan Muslim Sinarmas, menjelaskan, pada tahun 1948, situasi politik dalam Negeri Indonesia sedang tak menentu. Para politisi saling “berbenturan” keras antar satu sama lainnya.

Sebagai Presiden Republik Indonesia saat itu, lanjutnya, Soekarno memikirkan sebuah ide agar situasi politik yang sangat panas bisa dipadamkan dengan sebuah acara. Apalagi saat itu sedang bulan Puasa Ramadhan sehingga Soekarno tak ingin kehilangan momentum yang sangat bagus. Singkat kata Soekarno pun memanggil KH Wahab Chasbullah, seorang tokoh NU, untuk memberi masukan soal idenya.

Setibanya di Istana Negara, KH Wahab Chasbullah lantas mengusulkan agar pada Hari Raya Idul Fitri, diadakan sebuah acara silaturahmi besar agar semua politisi saling memaafkan satu sama lain. Namun, Bung Karno menampik bahwa kegiatan silaturahim adalah hal yang biasa pasca Iedul Fitri.

“Ia ingin bentuknya lebih formal dan juga “mengena”. Ia ingin istilah lain,” tutur Sahal.

KH Wahab Chasbullah, lalu menjawab bahwa hal itu mudah saja. Ia menyatakan, bahwa para elite politik yang tidak mau bersatu dan saling menyalahkan akan terkena dosa. Supaya mereka tidak punya dosa, maka harus dihalalkan. Jadi para politisi harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan.

“Jadi nama silaturahmi oleh Kiai dipakai istilah halal bi halal. Acara itu pun terwujud dengan sukses dimana para politisi duduk satu meja. Dan itulah cikal bakal acara Halal bi halal di Indonesia ,” tandas Sahal di acara Halal Bihal bersama Sinarmas Group di Jakarta.

Previous Posts AOM Gelar the 11th Asia Academy of Management Conference (AAOM)
Next Posts Terwujudnya POD LNG Abadi Blok Masela, Picu Investasi Migas Indonesia

Leave your Comments

Popular
Dicari, 40 Calon Mahasiswa Untuk Dapat Beasiswa dari APERTI BUMN 9179
Dicari, 40 Calon Mahasiswa Untuk Dapat Beasiswa dari APERTI BUMN
Suko dan Achandra Datang, Laba PGN Terjun Bebas 87 Persen 8808
Suko dan Achandra Datang, Laba PGN Terjun Bebas 87 Persen
Connect With Us

A powerless in world above the law

Likes Follow
Kategori
  • Berita Foto6
  • Business43
  • Daerah55
  • EBT26
  • Editorial3
  • Gas16
  • Korporat210
  • Lifestyle4
  • Listrik17
  • Mimbar5
  • Minerba20
  • Minyak78
  • Nasional36
  • Olah Raga3
  • Politik4
  • Profil7
  • Regulasi8
  • Travel2
  • Uncategorized102
VIDEO POSTS
Newsletter